Olahraga Indonesia Sedang Terancam
Posted On Kamis, 22 Januari 2009 at by KONI Nusa Tenggara TimurTIDAK sinkronnya model pembinaan antara KONI dengan (Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga/Kemenegpora) membuat prestasi olahraga Indonesia sedang terancam. Saat ini Kemenegpora melaksanakan Program Atlet Andalan (PAL) yang modelnya hampir sama dengan Pelatnas yang selama ini dilakukan KONI-KOI. Untuk menyelamatkannya, semua atlet yang masuk Program Atlet Andalan (PAL) harus kembali ke Pelatnas. Demikian ditegaskan Wakil Ketua I KONI Pusat, Hendardji Soepandji didampingi Ketua Komisi Hukum, Umbu S Samapatty, di Kupang, Kamis (22/1/2009).
"Olahraga Indonesia saat ini sedang berdiri di atas pondasi yang rapuh. Hal ini karena proses pembibitan yang dilakukan tidak menghasilkan atlet yang berprestasi. Proses ini harus segera dibenahi. Caranya, bukan memperbaiki puncaknya tetapi harus mulai dari pondasinya. KONI dan Kemenegpora harus menjalankan fungsinya masing-masing sesuai undang-undang," ujar Hendardji.
Menurutnya, Kemenegpora sebagai atlet pembina jangka panjang harus memulainya dari olahraga usia dini. Sedangkan untuk jangka pendek atau atlet senior, kata Hendardji, harus lewat KONI. "Antara KONI dan Kemenegpora harus menjalankan tugasnya masing-masing sesuai undang-undang. Kemenegpora untuk kebijakan, regulasi, fasilitator, sinkronisasi dan pengawasan, sedangkan KONI sebagai eksekutor. Maksudnya, KONI bertugas untuk prestasi, sedangkan pembibitan dan pemassalan itu tugas mereka. Kenyataan yang ada, mereka melaksanakan operasional untuk eksekusi sehingga tidak ada yang mengawasi," tegasnya.
Hendardji yang saat ini juga menjabat sebagai ASPAM KASAD mengaku, persoalan ini sudah pernah dikoordinasikan antara KONI dengan Kemenegpora, namun tidak ada titik temu. "Sudah pernah ada koordinasi, namun tidak jalan karena masih ada ego sektoral. Kita harus rasional melihat ini dan jangan emosional," ujarnya.
Hendardji yang membawahi bidang pembinaan dan prestasi menyarankan agar semua atlet senior yang sudah bergabung ke PAL kembali ke Pelatnas. "Yang tahu teknis berlatih dengan baik adalah KONI, sehingga saya sarankan agar atlet-atlet di PAL kembali ke Pelatnas," ujarnya.
Pelatnas di Daerah
KONI Pusat siap mengakomodir keinginan beberapa daerah yang ingin melaksanakan Pelatnas di daerahnya. Namun persetujuan tersebut baru bisa dilaksanakan kalau ada permintaan dari gubernur setempat. Demikian dikatakan Wakil Ketua I KONI Pusat, Hendardji Supandji didampingi Ketua Komisi Hukum, Umbu S Samapatty di Kupang, Kamis (22/1/2009).
"Kalau ada atlet yang ingin menjalani Pelatnas di daerah karena merasa lebih cocok, KONI Pusat siap mengakomodirnya, namun harus ada kesepakatan-kesepakatan tertentu yang dibuat. Karena menyangkut dana, permintaan harus dari gubernur sehingga nantinya juga ada dana dampingan dari propinsi," kata Hendardji.
Hendardji menantang atlet-atlet NTT untuk bersaing agar bisa mewakili Indonesia di event-event internasional. "Semua atlet berkualitas akan kami akomodir sehingga atlet harus total berlatih. Saya sarankan agar daerah jangan pernah ragu-ragu mempromosikan atletnya ke tingkat nasional, kalau memang berpotensi," ujarnya.
Umbu Samapatty menambahkan, salah satu kelemahan pembinaan olahraga di NTT adalah minimnya dana. Hal ini, kata Umbu, seharusnya tidak menjadi soal kalau saja ada perhatian lebih dari pemerintah. Terpilihnya dua pimpinan KONI NTT menjadi gubernur dan wakil gubernur harus membuat olahraga NTT kembali berjaya di Indonesia," ujarnya. (eko)