Ana Rebut Perunggu Jalan Cepat
Posted On Selasa, 19 Agustus 2008 at by KONI Nusa Tenggara TimurSAMARINDA, PK -- Atlet senior NTT, Tersiana Riwu Rohi membuka perburuan medali NTT dengan merebut medali perunggu nomor jalan cepat 20 Km. Dalam lomba di lintasan atletik Kompleks Olahraga Palaran, Samarinda, Senin (7/7/2008), Ana, demikian Tersiana disapa, masuk finish di posisi ketiga di belakang Darwati (Jawa Timur) dan Marisa (Jawa Tengah).
Usia 39 tahun ternyata tidak menjadi hambatan bagi Ana dalam lomba ini. Staf Dispora NTT ini langsung menempel Darwati dan Marisa yang usianya lebih muda. Namun, di putaran kedua, Darwati mulai meninggalkan Marisa dan Ana. Ana yang tampak sangat stabil melangkah terlihat berusaha mendekati Marisa. Namun, Marisa ternyata lebih tangguh dari Ana. Di putaran keempat, perlahan-lahan Marisa mulai menjauhi Ana. Posisi pertama di tempati Darwati diikuti Marisa dan Ana berlangsung hingga finish.
Medali perunggu ini adalah yang terakhir bagi Ana dalam kariernya di nomor jalan cepat. Mengawali kariernya di PON XII 1988, Ana merebut medali perak. PON XIII 1993 di Jakarta, Ana merebut medali perunggu. PON XIV 1996, PON XV 2000 dan PON XVI 2004 merebut medali perak dan PON XVII 2009 ini merebut medali perunggu.
"Saya tidak bisa berbuat lebih. Saya minta maaf karena saya hanya bisa merebut medali perunggu. Ini adalah kemampuan terbaik yang saya berikan. Terima kasih kepada semua yang telah mendukung saya," ujar Ana kepada Ketua Harian KONI NTT, Ir. Esthon L Foenay, M.Si yang menyalaminya usai lomba.
Ana mengakui, lawan-lawannya yang usianya lebih muda memiliki kualitas yang cukup bagus. "Sejak garis start saya berusaha agar terus menjaga jarak dengan mereka, namun mereka ternyata lebih cepat," ujar Ana.
Esthon Feonay bersyukur atas prestasi Ana. Prestasi Ana, kata Esthon, adalah langkah awal Ana mewujudkan cita-cita NTT meraih prestasi maksimal di PON XVII 2008 ini. "Ana tampil sangat luar biasa. Dia menunjukkan semangat juang dan motivasi tinggi yang patut didukung atletnya. Dia telah menunjukkan bahwa di usianya yang sudah tidak muda untuk ukuran atlet, dia masih mampu berprestasi. Ana adalah contoh atlet pejuang yang dimiliki NTT," ujar Esthon.
Esthon Foenay, Andre Koreh, Theodorus Widodo, Hosea Dally, Eduard Setty, Nurdin Badu dan pejabat KONI NTT lainnya tak dapat menyembunyikan kekagumannya terhadap Ana. "Dia sangat luar biasa. Kita tidak menargetkan medali baginya, tetapi dia membuat prestasi," ujar Andre Koreh.
Mendapat bye di putaran pertama, petinju NTT kelahiran Belu, Getrudis Taek langsung lolos ke semifinal. Bertanding di semifinal melawan petinju Papua Barat, Yunike Busira, Kamis (11/7/2008), kalah atau menang, Getrudis akan langsung merebut medali perunggu.
Meski demikian, target bermain sebaik mungkin membuat Getrudis masih bisa meraih medali perak atau lebih. "Saya masih akan bertanding lagi. Medali perunggu memang sudah ada dalam tangan, tapi kalau bisa merebut medali yang lebih tinggi, saya akan tetap usahakan," ujarnya.
Pelatih tinju NTT, Yusuf Naragale yang nampak masih kecewa dengan kekalahan Atris dan Ando mengatakan harapannya agar Getrudis bisa meraih prestasi yang baik.
"Harapan kita untuk merebut medali sebenarnya salah satunya dari Atris, namun karena dia sudah kalah, maka sekarang tidak boleh tidak, atlet lainnya harus digenjot agar bisa lebih baik," ujarnya.
Ditanya tentang peluang medali dari cabang tinju, Yusuf belum bisa memberikan target. "Lawan-lawan memiliki persiapan yang cukup bagus. Buktinya, Atris dan Ando mendapat lawan yang sangat berat. Kita harapkan tidak ada faktor non teknis yang membuat mental mereka jatuh," ujar Naragale.
Ketua Harian KONI NTT, Ir. Esthon Foenay dan Wakil Bupati TTU, Raymundus Fernandez yang langsung menyaksikan pertandingan cabang tinju meski terkejut dengan kekalahan Atris, namun masih optimis. "Kita harus tetap memiliki rasa optimisme. Berikan dukungan dan doa kepada enam petinju lainnya agar bisa mendapat hasil yang baik," ujarnya. (eko)
Usia 39 tahun ternyata tidak menjadi hambatan bagi Ana dalam lomba ini. Staf Dispora NTT ini langsung menempel Darwati dan Marisa yang usianya lebih muda. Namun, di putaran kedua, Darwati mulai meninggalkan Marisa dan Ana. Ana yang tampak sangat stabil melangkah terlihat berusaha mendekati Marisa. Namun, Marisa ternyata lebih tangguh dari Ana. Di putaran keempat, perlahan-lahan Marisa mulai menjauhi Ana. Posisi pertama di tempati Darwati diikuti Marisa dan Ana berlangsung hingga finish.
Medali perunggu ini adalah yang terakhir bagi Ana dalam kariernya di nomor jalan cepat. Mengawali kariernya di PON XII 1988, Ana merebut medali perak. PON XIII 1993 di Jakarta, Ana merebut medali perunggu. PON XIV 1996, PON XV 2000 dan PON XVI 2004 merebut medali perak dan PON XVII 2009 ini merebut medali perunggu.
"Saya tidak bisa berbuat lebih. Saya minta maaf karena saya hanya bisa merebut medali perunggu. Ini adalah kemampuan terbaik yang saya berikan. Terima kasih kepada semua yang telah mendukung saya," ujar Ana kepada Ketua Harian KONI NTT, Ir. Esthon L Foenay, M.Si yang menyalaminya usai lomba.
Ana mengakui, lawan-lawannya yang usianya lebih muda memiliki kualitas yang cukup bagus. "Sejak garis start saya berusaha agar terus menjaga jarak dengan mereka, namun mereka ternyata lebih cepat," ujar Ana.
Esthon Feonay bersyukur atas prestasi Ana. Prestasi Ana, kata Esthon, adalah langkah awal Ana mewujudkan cita-cita NTT meraih prestasi maksimal di PON XVII 2008 ini. "Ana tampil sangat luar biasa. Dia menunjukkan semangat juang dan motivasi tinggi yang patut didukung atletnya. Dia telah menunjukkan bahwa di usianya yang sudah tidak muda untuk ukuran atlet, dia masih mampu berprestasi. Ana adalah contoh atlet pejuang yang dimiliki NTT," ujar Esthon.
Esthon Foenay, Andre Koreh, Theodorus Widodo, Hosea Dally, Eduard Setty, Nurdin Badu dan pejabat KONI NTT lainnya tak dapat menyembunyikan kekagumannya terhadap Ana. "Dia sangat luar biasa. Kita tidak menargetkan medali baginya, tetapi dia membuat prestasi," ujar Andre Koreh.
Mendapat bye di putaran pertama, petinju NTT kelahiran Belu, Getrudis Taek langsung lolos ke semifinal. Bertanding di semifinal melawan petinju Papua Barat, Yunike Busira, Kamis (11/7/2008), kalah atau menang, Getrudis akan langsung merebut medali perunggu.
Meski demikian, target bermain sebaik mungkin membuat Getrudis masih bisa meraih medali perak atau lebih. "Saya masih akan bertanding lagi. Medali perunggu memang sudah ada dalam tangan, tapi kalau bisa merebut medali yang lebih tinggi, saya akan tetap usahakan," ujarnya.
Pelatih tinju NTT, Yusuf Naragale yang nampak masih kecewa dengan kekalahan Atris dan Ando mengatakan harapannya agar Getrudis bisa meraih prestasi yang baik.
"Harapan kita untuk merebut medali sebenarnya salah satunya dari Atris, namun karena dia sudah kalah, maka sekarang tidak boleh tidak, atlet lainnya harus digenjot agar bisa lebih baik," ujarnya.
Ditanya tentang peluang medali dari cabang tinju, Yusuf belum bisa memberikan target. "Lawan-lawan memiliki persiapan yang cukup bagus. Buktinya, Atris dan Ando mendapat lawan yang sangat berat. Kita harapkan tidak ada faktor non teknis yang membuat mental mereka jatuh," ujar Naragale.
Ketua Harian KONI NTT, Ir. Esthon Foenay dan Wakil Bupati TTU, Raymundus Fernandez yang langsung menyaksikan pertandingan cabang tinju meski terkejut dengan kekalahan Atris, namun masih optimis. "Kita harus tetap memiliki rasa optimisme. Berikan dukungan dan doa kepada enam petinju lainnya agar bisa mendapat hasil yang baik," ujarnya. (eko)